Sunday, February 1, 2015

Konsep Blended Learning

Sebelum terlalu jauh kita mengkaji konsep dan bagaimana model penerapan blended learning maka perlunya kita pahami secara bersama-sama bahwa blended learning untuk saat ini masih diperdebatkan bahkan ada yang mengatakan bahwa konsep blended learning sebuah konsep yang tidak berguna dan meragukan khususnya dampaknya terhadap hasil belajar. [Mungkin, perlu menunggu 2 generasi terpotong untuk menerima konsep blended learning dan kemudian dapat diterima]

Konsep Blended Learning merupakan istilah yang baru dan mengikuti perkembangan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam kehidupan manusia, blended learning istilah yang berasaln dari bahasa Inggris dan terdiri dari dua suku kata yaitu: blended dan learning. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai pembelajaran kombinasi, pembelajaran gabungan, atau pembelajaran bauran, sehingga blended learning dapat dimaknai sebagai gabungan pembelajaran secara tatap muka dengan secara virtual dengan menggunakan aplikasi TIK.

Semler (2005) mengatakan bahwa : "blended leraning mengombinasikan aspek terbaik dari pembelajaran online, aktivitas tatap muka terstruktur , dan praktik dunia nyata. Sistem pembelejaran online, latihan di kelas, dan pengalaman on-the-job akan memberikan pengalaman berharga  bagi diri mereka. Blended learning menggunakan pendekatan yang memberdayakan berbagai sumber informasi yang lain".

Berdasarkan ungkapan Semler maka blended learning dapat diaplikasikan kedalam pelaksanaan pembelajaran dengan dua model pembelajaran, yaitu:

  1. Peningkatan aktivitas tatap muka (face-to-face), bentuk pertama ini dilaksanakan dalam model tatap muka akan tetapi terjadi peningkatan aktivitas belajar dan mengajar oleh guru dan siswa dengan memanfaatkan jejaring teknologi informasi dan komunikasi, jejaring web, memanfaatkan e-learning, web online, blog, dan sebagainya.
  2. Pembelajaran campuran (hybrid learning), memadukan pembelajaran tatap muka di kelas dengan pembelajaran secara online. Model ini mengurangi aktivitas tatap muka di kelas sebagai akibat pengurangan aktivitas tatap muka dialihkan kedalam model pembelajaran secara online dengan memanfaatkan TIK.
Salah satu hal yang menarik dengan penerapan model pembelajaran kombinasi (blended learning) adalah tercapainya tujuan pembelajaran secara efisien dan efektif karena kedua model memiliki keunggulan masing-masing. Model pembelajaran tatap muka dengan metode konvensional memungkinkan pembelajaran berlangsung secara interaktif dengan menggunakan berbagai pendekatan, strategi serta metode pembelajaran sedangkan dengan metode online dapat memberikan materi secara online tanpa batasan ruang dan waktu, selain itu peserta didik lebih banyak memperoleh dan mengolah informasi dari berbagai sumber sehingga hal ini dapat menunjang proses pembelajaran.

Teori Gestalt tentang Pembelajaran

Salah satu model pembelajaran secara teoritis  yang dikemukakan oleh Joce & Weil adalah model interaksi sosial, model  interaksi sosial didasari oleh teori Gestalt (Field Theory) yang menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat

Pokok pandangan Gestalt adalah objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan, artinya suatu objek atau peristiwa dipandang secara keseluruhan (Gestalt) dan bukan dipandang secara terpisah-pisah atau bagian-bagiannya.

Penggunaan pola warna dan arah panah membuat otak mengelompokkan kotak merah  terpisah dari kotak biru, walaupun sebenarnya memiliki bentuk identik

Teori Pembelajaran Gestalt pertama kali dirintis oleh Max Wertheimer, Kurt Koffka, dan W. Kohler (1912) melalui sebuah eksperimen dengan memproyeksikan titik-titik cahaya. Teori Gestalt memiliki kecenderungan atau berupaya untuk mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian yang kecil.

Berikut ini penerapan teori Gestalt dalam pembelajaran:

  1. Pengalaman atau Wawasan, dalam proses pembelajaran siswa dianggap memiliki wawasan atau pengalaman, sehingga siswa mampu mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu objek pembelajaran. Untuk itu, guru hendaknya mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dengan pengalaman dan wawasannya.
  2. Pembelajaran yang Bermakna, perbedaan unsur-unsur yang terkait dalam suatu objek  akan menunjang pembentukan pemahaman  dalam proses pembelajaran.
  3. Perilaku, perilaku berkaitan dengan Stimulus - Respon (SR)  yang mengarah pada suatu tujuan yang hendak dicapai. Pembelajaran terjadi karena siswa memiliki harapan tertentu, oleh karena itu pembelajaran akan berhasil bila siswa mengetahui tujuan yang akan dicapai.
  4. Prinsip Ruang  Hidup, perilaku siswa selalui terkait dengan lingkungan sekitarnya sehingga content materi ajar yang disampaikan hendaknya  memiliki kaitan dengan situasi lingkungan di mana siswa berada (pembelajaran kontekstual)