Sunday, October 26, 2014

Selamat Hari Blogger Nasional!

Selain akan mempunyai Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) baru, hari ini, Senin (27/10/2014), Indonesia juga mempunyai peristiwa yang tak kalah penting. Hari Blogger Nasional. Bila menelisik ke belakang, peringatan Hari Blogger pertama kali dicanangkan oleh Menteri Komunikasi dan informatika (Menkominfo) yang menjabat kala itu, Mohammad Nuh, ketika hadir dalam Pesta Blogger 2007.

Pesta Blogger yang berlangsung di Blitz Megaplex, Grand Indonesia, Sabtu 27 Oktober 2007 silam itu awalnya digelar sebagai ajang kopi darat (kopdar) blogger nasional untuk pertama kalinya.

Tanpa ada yang menduga sebelumnya, Mohammad Nuh yang hadir memberikan pembukaan secara spontan mengukuhkan tanggal 27 Oktober sebagai Hari Blogger Nasional. "Hari ini saya nyatakan sebagai Hari Blogger Nasional!" kata Nuh ketika pembukaan Pesta Blogger pertama kali.

Ucapan Nuh di atas panggung itu sontak disambut dengan tepuk tangan meriah dari sekitar 500 blogger, tamu undangan, dan awak media yang hadir.

Menurut Nuh, deklarasi tersebut dirasa sangat tepat dengan momentum berkumpulnya para blogger seluruh Indonesia.

"Momentumnya sangat tepat untuk mendeklarasikan hari ini sebagai hari blogger nasional. Sebelumnya hal ini belum direncanakan sama sekali," ujarnya kepada wartawan setelah memberi sambutan.

Maka, sejak saat itulah setiap 27 Oktober, blogger Indonesia memperingatinya sebagai Hari Blogger Nasional. 

Pesta Blogger yang pertama digelar di tahun 2007 pun rutin dilakukan, hingga akhirnya di tahun 2011 kegiatan ini berubah nama menjadi On|Off.

Tak sekadar berubah nama, konsep yang diusungnya juga berubah. Bila Pesta Blogger hanya berfokus kepada ajang kopi darat para blogger di Indonesia saja, maka pada acara On|Off para blogger mulai diajak untuk mengelola blognya agar lebih serius dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Nuansa bisnis mulai terasa dalam kegiatan ini.

Namun siapa sangka pergantian nama tersebut justru membuat kegiatan ini bisa dikatakan menjadi mati suri. Kegiatan On|Off nyatanya hanya berlangsung di tahun 2011. Di tahun berikutnya kegiatan ini sama sekali tak terdengar gaungnya, sampai sekarang.

Friday, October 17, 2014

Penarikan Mahasiswa PPL 2014 SMP Aisyiyah Paccinongan Gowa

Acara penarikan mahasiswa peserta Program Pengalaman Lapangan (PPL) tahun 2014 yang berlokasi di SMP Aisyiyah Paccinongan Gowa berlangsung hari ini Sabtu, 18 Oktober 2014. Acara yang berlangsung di salah satu ruang kelas berlangsung sederhana, yang diawali pembacaan Ayat Suci Al-Qur'an oleh salah satu mahasiswa peserta PPL, penyerahan hadiah pelaksanaan Porseni tingkat sekolah.

Acara selanjutnya penyampaian laporan pelaksanaan PPL oleh Koordinator PPL di SMP Aisyiyah Paccinongan Gowa dan dilanjutkan dengan sambutan-sambutan oleh Kepala Sekolah yang diwakili guru serta sambutan dosen pembimbing sekaligus menutup kegiatan PPL.








Thursday, October 9, 2014

Landasan Teoritis Media dalam Pembelajaran

Media Pembelajaran memiliki beberapa landasan teoritis yang kuat dalam sistem pembelajaran, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Teori Psikologis Brurner
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, diantaranya yaitu:

  1. Tahap pengalaman langsung (Eractive), merupakan tahap individu berupa memahami lingkungan dengan beraktifitas.
  2. Tahap Pictoria (Ekonit), tahap individu melihat dunia melalui gambar dan menvisualisasi verbal.
  3. Tahap simbolik, tahap dimana individu mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika berpikirnya.
2. Teori Behavourisme
Teori behavourisme atau teori tingkah laku ini menganggap bahwa segala kejadian dilingkungan sangat mempengaruhi perilaku seseorang dan akan memberikan pengalaman tertentu dalam dirinya, dan teori ini menganggap perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma S-R(stimulus respon) yaitu suatu proses yang memberikan respon tertentu terhadap apa yang datang dari luar diri individu.

3. Teori Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Kerucut pengalaman ini merupakan salah satu gambaran yang dijadikan landasan teori dalam penggunaan media pembelajaran selain dari ketiga tahap pengalaman Bruner.
Edgar Dale mengklasifikasikan pengalaman belajar anak mulai dari hal-hal yang dianggap paling abstrak. Klasifikasi pengalaman tersebut lebih dikenal dengan-kerucut pengalaman, yang terdiri dari 11 macam klasifiksi media pengajaran seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini:


Penggunaan media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar yang digunakan secara sistematis dalam kegiatan pembelajaran juga dapat memberikan interaksi antara pengalaman baru dan pengalaman sebelumnya, sehingga terjadi perubahan pada anak didik.

Pemerolehan pengetahuan, perubahan sikap dan ketrampilan dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Tingkat pemerolehan hasil belajar seperti yang digambarkan oleh Dale (1969) sebagai proses komunikasi.

Proses pembelajaran dapat berhasil-dengan baik apabila siswa diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya. Semakin benyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dipahami serta dipertahankan dalam ingatan.

Perbandingan pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang dan indera dengar sangat menonjol perbedaannya. Kurang lebih 80% hasil belajar seseorang diperoleh melalui indera pandang, dan hanya 15% diperoleh melalui indera dengar dan 5% lagi dari indera yang lainnya.

Wednesday, October 8, 2014

Quipper School

Secara pribadi saya ingin mengatakan bahwa perkembangan teknologi dengan beberapa aplikasinya sudah begitu super cepat, aplikasi yang masih dalam angan-angan dan harapan ternyata sudah ada, bahkan jauh sebelumnya sudah digunakan ditempat lain dibelahan dunia ini. Begitupun dengan aplikasi yang terkait untuk dunia pendidikan, sekarang seorang pendidik  dapat dengan mudah mencari media yang tepat untuk dijadikan alat atau fasilitas belajar peserta didiknya. Akhirnya, ternyata belajar dalam era digital sangat memudahkan, tinggal bagaimana kita mengemasnya menjadi suasana belajar yang menyenangkan, menantang dan mencapai target yang diharapkan sesuai kurikulum.

Bagi seorang peserta didik sukup dengan smartphone yang murah meriah dia dengan sigap mengikuti pembelajaran baik di kelas maupun dalam bentuk virtual class. Prinsipnya belajar menjadi mudah dengan kemajuan teknologi digital. Tanpa mengenyampingkan peran pendidik sebagai fasilitator, media berbasis internet ini memberikan kemudahan siswa dalam belajar. Dikemas dengan menu-menu yang lumayan lengkap dan menarik, siswa diharapkan tidak bosan mempelajari materi yang ditugaskan guru.

Yang terbaru [versi saya]: Quipper School merupakan layanan e-learning gratis yang diciptakan demi
mempermudah tugas dan menghemat waktu para pendidik, khususnya dalam hal pemberian tugas / PR / latihan soal, bahkan ujian di kelas kepada peserta didik. Quipper School  menyediakan materi pelajaran dan soal, terdiri atas ribuan topik untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA (Biologi, Fisika, Kimia), dan IPS (Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi-Akuntansi), kelas X, XI, dan XII.

Melalui Quipper School, seorang pendidik juga dapat:
  1. Memantau kegiatan belajar para siswa (nilai tugas / PR siswa)
  2. Melihat analisa data/grafik perkembangan siswa
  3. Melihat analisa topik mana yang sudah atau belum dikuasai oleh siswa
  4. Mengirimkan pesan pribadi / menanggapi pertanyaan siswa
  5. Membuat pengumuman untuk siswa
  6. Mencetak (print) hasil nilai siswa
Selanjutnya, “Quipper School” dibagai menjadi 2, yaitu:
  1. Q-Link (untuk guru)  https://link.quipperschool.com/id 
  2. Q-Learn (untuk siswa) https://learn.quipperschool.com/signup
Secara umum, Quipper School juga bisa diakses melalui perangkat PC, laptop, tablet ataupun HP, secara online, di mana sangat praktis dan mudah digunakan.

Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi


Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu peserta didik sebagai pembelajar dan pendidik sebagai pendidik.

Pada prosesnya, pesan dari sumber sampai pada penerima pesan memiliki hambatan dan gangguan, menurut Ishak (1995:3) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas sebuah komunikasi, baik faktor yang terjadi pada pengirim maupun pada penerima pesan, sebagai berikut:


  1. Kemampuan berkomunikasi penyampai pesan seperti kemampuan bertutur dan berbahasa dan kemampuan menulis. Sedangkan faktor dari penerima pesan diantaranya kemampuan untuk menerima dan menangkap pesan seperti mendengar, melihat, dan menginterpretasikan pesan.
  2. Sikap dan pandangan penyampai pesan kepada penerima pesan dan sebaliknya. Misalnya , rasa benci, pandangan negatif, prasangka, merendahkan satu diantara kedua belah pihak, sehingga akan menimbulkan kurangnya respon terhadap isi psan yang disampaikan.
  3. Tingkat pengetahuan baik penerima maupun penyampai pesan. Sumber pesan yang kurang memahami informasi yang ingin dicapai akan mempengaruhi gaya dan sikap dalam proses penyampai pesan. Sebaliknya, penerima pesan yang kurang mempunyai pengetahuan dan pengalaman terhadap informasi yang disampaikan tidak akan mempu mencerna informasi dengan baik.
  4. Latar belang sosial budaya dan ekonomi penyampai pesan serta penerima pesan. Ketanggapan penerima pesan dalam merespon informasi tergantung dari siapa dan oleh siapa pesan itu disampaikan.



Bagan di atas menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran itu terdapat pesan-pesan yang harus dikomunikasikan antara pendidik dengan peserta didik. Pesan tersebut biasanya merupakan isi dari suatu topik pembelajaran. Pesan-pesan tersebut disampaikan oleh pendidik kepada peserta didik melalui suatu media dengan menggunakan prosedur pembelajaran tertentu yang disebut metode.

Dalam sistem pembelajaran modern saat ini, peserta didik tidak hanya berperan sebagai komunikan atau penerima pesan, bisa saja peserta didik bertindak sebagai komunikator atau penyampai pesan. Dalam kondisi seperti itu, maka terjadi apa yang disebut dengan komunikasi dua arah (two way traffic communication) bahkan komunikasi banyak arah (multi way traffic communication).

Dalam bentuk komunikasi pembelajaran manapun sangat dibutuhkan peran media untuk lebih meningkatkan tingkat keefektifan pencapaian tujuan/kompetensi. Artinya, proses pembelajaran tersebut akan terjadi apabila ada komunikasi antara penerima pesan dengan sumber/penyalur pesan lewat media tersebut. Menurut Berlo (1960), komunikasi tersebut akan efektif jika ditandai dengan adanya “area of experience” atau daerah pengalaman yang sama antara penyalur pesan dengan penerima pesan

Tuesday, October 7, 2014

Pembelajaran sebagai Proses Komunikasi

Menurut Kamus Besar Indonesia, pembelajaran didefinisikan sebagai proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangan oleh para ahli pembelajaran didefinisikan sebagai berikut:
  1. Knowles, Pembelajaran adalah cara pengorganisasian peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan,
  2. Slavin, Pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku individu yang disebabkan oleh pengalaman,
  3. Woolfolk, Pembelajaran berlaku apabila sesuatu pengalaman secara relatifnya menghasilkan perubahan kekal dalam pengetahuan dan tingkah laku,
  4. Crow & Crow, Pembelajaran adalah pemerolehan tabiat, pengetahuan dan sikap,
  5. Rahil Mahyuddin, Pembelajaran adalah perubahan tingkah laku yang melibatkan ketrampilan kognitif yaitu penguasaan ilmu dan perkembangan kemahiran intelek,
  6. Achjar Chalil, Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, 
  7. Corey, Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus, 
  8. G. A. Kimble, Pembelajaran merupakan perubahan kekal secara relatif dalam keupayaan kelakuan akibat latihan yang diperkukuh, 
  9. Munif Chatib, Pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi
Jadi, pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu peserta didik sebagai pembelajar dan guru sebagai pendidik.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.

Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.

Yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah terjadinya proses belajar (learning process). Sebab sesuatu dikatakan hasil belajar kalau memenuhi beberapa ciri berikut:

  1. Belajar sifatnya disadari, dalam hal ini siswa merasa bahwa dirinya sedang belajar, timbul dalam dirinya motivasi-motivasi untuk memiliki pengetahuan yang diharapkan sehingga tahapan-tahapan dalam belajar sampai pengetahuan itu dimiliki secara permanen (retensi) betul-betul disadari sepenuhnya.
  2. Hasil belajar diperoleh dengan adanya proses, dalam hal ini pengetahuan diperoleh tidak secara spontanitas, instant, namun bertahap (sequensial). Seorang anak bisa membaca tentu tidak diperoleh hanya dalam waktu sesaat namun berproses cukup lama, kemampuan membaca diawali dengan kemampuan mengeja, mengenal huruf, kata dan kalimat. Seseorang yang tiba-tiba memiliki kecakapan seperti lari dengan kecepatan tinggi karena akibat doping, bukanlah hasil dari kegiatan belajar, namun efek dari obat atau zat kimia yang dikonsumsinya.
  3. Belajar membutuhkan interaksi, khususnya interaksi yang sifatnya manusiawi. Seorang siswa akan lebih cepat memiliki pengetahuan karena bantuan dari guru, pelatih ataupun instruktur. Dalam hal ini terjadi komunikasi dua arah antara siswa dan guru.
Kaitannya bahwa belajar membutuhkan interaksi, hal ini menunjukan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi, artinya didalamnya terjadi proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan), Kemp (1975:15) menggambarkan proses komunikasi (gambar dimodifikasi), sebagai berikut:


Pesan yang dikirimkan biasanya berupa informasi atau keterangan dari pengirim (sumber) pesan. Pesan tersebut diubah dalam bentuk sandi-sandi atau lambang-lambang seperti kata-kata, bunyi-bunyi, gambar dan sebagainya. Suara, media internet,  radio, televisi, proyektor, film. Kemudian pesan diterima oleh si penerima pesan melalui indera (mata dan telinga) untuk diolah, sehingga pesan yang disampaikan oleh penyampai pesan dapat diterima dan dipahami oleh si penerima pesan.

Pada prosesnya, pesan dari sumber sampai pada penerima pesan memiliki hambatan dan gangguan, seperti pada gambar berikut ini


Pesan yang disampaikan oleh komunikator diteruskan oleh saluran atau channel sampai ke komunikan sebagai penerima pesa. Dipahami atau tidaknya sebuah pesan oleh komunikan tergantung dari feed back yang diberikan oleh komunikan. Feedback positif menunjukan bahwa pesan dipahami dengan baik, sebaliknya feedback negatif menunjukan pesan mungkin saja tidak dipahami dengan benar. Untuk membantu penyampaian pesan ini diperlukan saluran berupa media pembelajaran.

Faktor yang dapat menyebabkan pesan tidak dipahami dengan baik karena adanya noise dan barier atau hambatan dan gangguan, noise ini dapat dialami oleh komunikator, bisa terjadi pada komunikan, pada pesan juga pada channel. Misalnya peserta didik tidak mengerti apa yang dijelaskan guru karena suara bising dari luar kelas, tidak fokus, sedang sakit, berarti gangguan ada pada komunikan, Guru tidak antusias, tidak bergairah dalam mengajar sehingga peserta didik kurang mengerti apa yang diterangkan gurunya karena guru teresebut sedang ada masalah keluarga, hal ini gangguan pada komunikator.

Diolah dari berbagai sumber