Sunday, July 9, 2017

Blended Learning??? Kelebihan dan Kekurangannya!

Salah satu hal yang menarik dengan penerapan model pembelajaran kombinasi (blended learning) adalah tercapainya tujuan pembelajaran secara efisien dan efektif karena kedua model memiliki keunggulan masing-masing. Model pembelajaran tatap muka dengan metode konvensional memungkinkan pembelajaran berlangsung secara interaktif dengan menggunakan berbagai pendekatan, strategi serta metode pembelajaran sedangkan dengan metode online dapat memberikan materi secara online tanpa batasan ruang dan waktu, selain itu peserta didik lebih banyak memperoleh dan mengolah informasi dari berbagai sumber sehingga hal ini dapat menunjang proses pembelajaran.]

Berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa blended learning lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional dengan sistem tatap muka maupung dengan sistem e-learning atau pembelajaran online. Tingkat efektifitas tersebut ditunjang dengan kelebihan yang dimiliki oleh pembelajaran dengan sistem pembauran (blended learning), sebagai berikut:

  1. Penyampaian pembelajaran dapat dilaksanakan kapan saja dan dimana saja dengan memanfaatkan sistem jaringan internet.
  2. Peserta didik memiliki keleluasan untuk mempelajari materi atau bahan ajar secara mandiri dengan memanfaatkan bahan ajar yang tersimpan secara online.
  3. Kegiatan diskusi berlangsung secara online/offline dan berlangsung diluar jam pelajaran, kegiatan diskusi berlangsung baik antara peserta didik dengan guru maupun antara antar peserta didik itu sendiri.
  4. Pengajar dapat mengelola dan mengontrol pembelajaran yang dilakukan siswa diluar jam pelajaran peserta didik.
  5. Pengajar dapat meminta kepada peserta didik untuk mengkaji materi pelajaran sebelum pembelajaran tatap muka berlangsung dengan menyiapkan tugas-tugas pendukung.
  6. Target pencapaian materi-materi ajar dapat dicapai sesaui dengan target yang ditetapkan
  7. Pembelajaran menjadi luwes dan tidak kaku
Tentunya, pembelajaran dengan konsep kombinasi/pembauran selain memiliki kelebihan-kelebihan di atas juga memiliki kekurangan-kekurangan, antara lain:
  1. Pengajar perlu memiliki keterampilan dalam menyelenggarakan e-learning
  2. Pengajar perlu menyiapkan waktu untuk  mengembangkan dan mengelola pembelajaran sistem e-learning, seperti mengembangkan materi, menyiapkan assesment, melakukan penilaian, serta menjawab atau memberikan pernyataan pada forum yang disampaikan oleh peserta didik.
  3. Pengajar perlu menyiapkan referensi digital sebagai acuan peserta didik dan referensi digital yang terintegrasi dengan pembelajaran tatap muka
  4. Tidak meratanya sarana dan prasarana pendukung dan rendahnya pemahaman tentang teknologi.
  5. Diperluken strategi pembelajaran oleh pengajar untuk memaksimalkan potensi blended learning.
Potensi penerapan pembelajaran dengan sistem blended learning sangat memungkinkan untuk dilaksanakan, ini seiring dengan berkembangan teknologi informasi dan komunikasi bagi dari segi menjamurnya aplikasi pendukung juga disertai dengan meratanya pemanfaatan teknologi tersebut bagi masyarakat, sehingga kekurangan-kekurangan seperti yang disebutkan di atas dapat diatasi dengan adanya kemauan yang besar dari pengajar.

Monday, August 31, 2015

Friday, March 6, 2015

Konsep Pendidikan Abad 21 [Bag 1]

Dewasa ini terjadi perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat sebagai salah satu akibat dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dan pemanfaatannya oleh manusia. Khusus dalam dunia pendidikan dampaknya sangat terasa saat ini dan kedepan, sehingga orang menyebutnya sebagai masa pengetahuan (knowledge age) dengan percepatan peningkatan pengetahuan yang luar biasa. Percepatan peningkatan pengetahuan ini didukung oleh penerapan media dan teknologi digital yang disebut dengan information super highway (Gates, 1996), informasi semakin cepat terdistribusi ke seluruh penjuru dunia.

Akibatnya, dunia pendidikan semakin penting dan dituntut untuk menjamin peserta didik memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan menggunakan teknologi dan media informasi, serta dapat bekerja, dan bertahan dengan menggunakan keterampilan untuk hidup (life skills).

Tuntutan tersebut diimplementasikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk mengembangkan kurikulum baru untuk Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dengan mengadaptasi konsep pendidikan abad 21.  Ketiga konsep tersebut adalah 21st Century Skills, scientific approach, dan authentic assesment (BSNP, 44:2004)

Konsep Pertama: Keterampilan dan Pengetahuan Abad 21 (21st Century Skills)
Skema ini menyajikan pandangan menyeluruh tentang keterampilan dan pengetahuan peserta didik abad ke-21. Ada tiga subjek inti pendidikan abad 21, yaitu: 1) Life and Career Skills, 2) Learning and innovations Skills – 4Cs, 3) Information, Median and Technologi Skills.

Gambar 1. Skema Keterampilan - Pengatahuan Abad 21
1. Life and Career Skills
Life and Career skills (keterampilan hidup dan berkarir), meliputi:
  1. Fleksibilitas dan adaptabilitas: Peserta didik memiliki kemampuan mengadaptasi perubahan dan fleksibel dalam belajar dan berkegiatan dalam kelompok
  2. Memiliki inisiatif dan dapat mengatur diri sendiri: Peserta didik memiliki kemampuan mengelola tujuan dan waktu, bekerja secara independen dan menjadi peserta didik yang dapat mengatur diri sendiri.
  3. Interaksi sosial dan antar-budaya: Peserta didik memiliki kemampuan berinteraksi dan bekerja secara efektif dengan kelompok yang beragam.
  4. produktivitas dan akuntabilitas: Peserta didik mampu mengelola projek dan menghasilkan produk.
  5. Kepemimpinan dan tanggungjawab: Peserta didik mampu memimpin teman-temannya dan bertanggungjawab kepada masyarakat luas.
2. Learning and Innovation Skills
Learning and innovation skills (keterampilan belajar dan berinovasi) meliputi:
  1. Berpikir kritis dan mengatasi masalah: peserta didik mampu mengunakan berbagai alasan (reason) seperti induktif atau deduktif untuk berbagai situasi; menggunaan cara berpikir sistem; membuat keputusan dan mengatasi masalah
  2. Komunikasi dan kolaborasi: peserta didik mampu berkomunikasi dengan jelas dan melakukan kolaborasi dengan anggota kelompok lainnya.
  3. Kreativitas dan inovasi: peserta didik mampu berpikir kreatif, bekerja secara kreatif
3. Information Media and Technology Skills
keterampilan teknologi dan media informasi (Information media and technology skills), meliputi:
  1. Literasi informasi: peserta didik mampu mengakses informasi secara efektif (sumber nformasi) dan efisien (waktunya); mengevaluasi informasi yang akan digunakan secara kritis dan kompeten; mengunakan dan mengelola informasi secara akurat dan efektf untuk mengatasi masalah.
  2. literasi media: peserta didik mampu memilih dan mengembangkan media yang digunakan untuk berkomunikasi.
  3. Literasi ICT: peserta didik mampu menganalisis media informasi; dan menciptakan media yang sesuai untuk melakukan komunikasi.
Pengembangan pendukung pencapaian pendidikan abad 21 tersebut di atas dikembangan framework seperti pada gambar 2 berikut ini.
Gambar 2. Hasil Pendidikan Abad 21 & Sistem Pendukung
Unsur-unsur yang diuraikan di bawah ini adalah standar yang diperlukan untuk memastikan peserta didik memiliki penguasaan keterampilan – pengetahuan abad ke-21, yaitu:
1) Standarisasi penilaian,
2) kurikulum,
3) Pengembangan profesionalisme pendidik
4) Pembelajaran inovatif

Silahkan baca lanjutan tulisan ini yang mengkaji tentang Pendekatan Saintifik di sini

Monday, March 2, 2015

Pembelajaran Abad 21

Saat ini, pendidikan berada di masa pengetahuan (knowledge age) dengan percepatan peningkatan pengetahuan yang luar biasa. Percepatan peningkatan pengetahuan ini didukung oleh penerapan media dan teknologi digital yang disebut dengan information super highway (Gates, 1996). Sejak internet diperkenalkan di dunia komersial pada awal tahun 1970 an, informasi menjadi semakin cepat terdistribusi ke seluruh penjuru dunia.

Tiga konsep pendidikan abad 21 telah diadaptasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk mengembangkan kurikulum baru untuk Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Ketiga konsep tersebut adalah 21st Century Skills (Trilling dan Fadel, 2009), scientific approach (Dyer, et al., 2009) dan authentic assesment (Wiggins dan McTighe, 2011); Ormiston, 2011; Aitken dan Pungur, 1996; Costa dan Kallick, 1992). Selanjutnya, tiga konsep tersebut diadaptasi untuk mengembangkan pendidikan menuju Indonesia Kreatif tahun 2045. Adaptasi dilakukan untuk mencapai kesesuaian konsep dengan kapasitas peserta didik dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikannya.

Dalam uji publik kurikulum 2013 disebutkan mengenai pergeseran paradigma belajar dengan mempertimbangkan beberapa ciri abad 21 serta penerapan model pembelajaran yang sesuai. Berikut pergeseran paradigma pembelajaran yang tercermin dari ciri-ciri abad 21 dan model pembelajaran yang disesuaikan.

  1. Informasi (kapan dan di mana saja), dalam penerapan pembelajaran di kelas pembelajaran diarahkan untuk mendorong peserta didik untuk mencari tahu dari berbagai sumber, bukan hanya diberi tahu.
  2. Komputasi (lebih cepat memakai mesin), artinya pelaksanaan pembelajaran diarahkan untuk mampu merumuskan masalah (menanya) , bukan hanya menyelesaikan masalah (menjawab masalah yang ada)
  3. Otomasi (menjangkau segala pekerjaan rutin), artinya pembelajarahkan untuk mampu berpiikir analitis dalam pengambilan keputusan, bukan berfikir mekanistis (rutin)
  4. Komunikasi (dari mana dan kapan saja), artinya pembelajaran menekankan pentingnya kerjasama dan berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah.
Dalam mewujudkan kecakapan abad 21 maka diperlukan pula inovasi-inovasi dalam pembelajaran, baik terkait dengan pendekatan, model, media, strategi dan lain-lainnya.

Sunday, February 1, 2015

Konsep Blended Learning

Sebelum terlalu jauh kita mengkaji konsep dan bagaimana model penerapan blended learning maka perlunya kita pahami secara bersama-sama bahwa blended learning untuk saat ini masih diperdebatkan bahkan ada yang mengatakan bahwa konsep blended learning sebuah konsep yang tidak berguna dan meragukan khususnya dampaknya terhadap hasil belajar. [Mungkin, perlu menunggu 2 generasi terpotong untuk menerima konsep blended learning dan kemudian dapat diterima]

Konsep Blended Learning merupakan istilah yang baru dan mengikuti perkembangan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam kehidupan manusia, blended learning istilah yang berasaln dari bahasa Inggris dan terdiri dari dua suku kata yaitu: blended dan learning. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai pembelajaran kombinasi, pembelajaran gabungan, atau pembelajaran bauran, sehingga blended learning dapat dimaknai sebagai gabungan pembelajaran secara tatap muka dengan secara virtual dengan menggunakan aplikasi TIK.

Semler (2005) mengatakan bahwa : "blended leraning mengombinasikan aspek terbaik dari pembelajaran online, aktivitas tatap muka terstruktur , dan praktik dunia nyata. Sistem pembelejaran online, latihan di kelas, dan pengalaman on-the-job akan memberikan pengalaman berharga  bagi diri mereka. Blended learning menggunakan pendekatan yang memberdayakan berbagai sumber informasi yang lain".

Berdasarkan ungkapan Semler maka blended learning dapat diaplikasikan kedalam pelaksanaan pembelajaran dengan dua model pembelajaran, yaitu:

  1. Peningkatan aktivitas tatap muka (face-to-face), bentuk pertama ini dilaksanakan dalam model tatap muka akan tetapi terjadi peningkatan aktivitas belajar dan mengajar oleh guru dan siswa dengan memanfaatkan jejaring teknologi informasi dan komunikasi, jejaring web, memanfaatkan e-learning, web online, blog, dan sebagainya.
  2. Pembelajaran campuran (hybrid learning), memadukan pembelajaran tatap muka di kelas dengan pembelajaran secara online. Model ini mengurangi aktivitas tatap muka di kelas sebagai akibat pengurangan aktivitas tatap muka dialihkan kedalam model pembelajaran secara online dengan memanfaatkan TIK.
Salah satu hal yang menarik dengan penerapan model pembelajaran kombinasi (blended learning) adalah tercapainya tujuan pembelajaran secara efisien dan efektif karena kedua model memiliki keunggulan masing-masing. Model pembelajaran tatap muka dengan metode konvensional memungkinkan pembelajaran berlangsung secara interaktif dengan menggunakan berbagai pendekatan, strategi serta metode pembelajaran sedangkan dengan metode online dapat memberikan materi secara online tanpa batasan ruang dan waktu, selain itu peserta didik lebih banyak memperoleh dan mengolah informasi dari berbagai sumber sehingga hal ini dapat menunjang proses pembelajaran.

Teori Gestalt tentang Pembelajaran

Salah satu model pembelajaran secara teoritis  yang dikemukakan oleh Joce & Weil adalah model interaksi sosial, model  interaksi sosial didasari oleh teori Gestalt (Field Theory) yang menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat

Pokok pandangan Gestalt adalah objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan, artinya suatu objek atau peristiwa dipandang secara keseluruhan (Gestalt) dan bukan dipandang secara terpisah-pisah atau bagian-bagiannya.

Penggunaan pola warna dan arah panah membuat otak mengelompokkan kotak merah  terpisah dari kotak biru, walaupun sebenarnya memiliki bentuk identik

Teori Pembelajaran Gestalt pertama kali dirintis oleh Max Wertheimer, Kurt Koffka, dan W. Kohler (1912) melalui sebuah eksperimen dengan memproyeksikan titik-titik cahaya. Teori Gestalt memiliki kecenderungan atau berupaya untuk mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian yang kecil.

Berikut ini penerapan teori Gestalt dalam pembelajaran:

  1. Pengalaman atau Wawasan, dalam proses pembelajaran siswa dianggap memiliki wawasan atau pengalaman, sehingga siswa mampu mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu objek pembelajaran. Untuk itu, guru hendaknya mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dengan pengalaman dan wawasannya.
  2. Pembelajaran yang Bermakna, perbedaan unsur-unsur yang terkait dalam suatu objek  akan menunjang pembentukan pemahaman  dalam proses pembelajaran.
  3. Perilaku, perilaku berkaitan dengan Stimulus - Respon (SR)  yang mengarah pada suatu tujuan yang hendak dicapai. Pembelajaran terjadi karena siswa memiliki harapan tertentu, oleh karena itu pembelajaran akan berhasil bila siswa mengetahui tujuan yang akan dicapai.
  4. Prinsip Ruang  Hidup, perilaku siswa selalui terkait dengan lingkungan sekitarnya sehingga content materi ajar yang disampaikan hendaknya  memiliki kaitan dengan situasi lingkungan di mana siswa berada (pembelajaran kontekstual)